Kawasaki Ninja 250R, Fokus Daya Tahan

Mesin kencang tapi tidak punya daya tahan, sama seperti oli bercampur air. Jadi basi karena teroksidasi. Durability ini yang jadi fokus utama Angga Kurniawan ketika meracik Kawasaki Ninja 250R pacuan Ali Adrian, buat turun di Kejurnas Sport 250cc.

Selama ini, tak sedikit tunner yang memilih cara bore up buat naikan power. Ya, dari piston 62 mm, dinaikan hingga ke piston 64 mm. Sebab regulasi membolehkan untuk bore up hingga isi silinder mentok di 300cc.

Tapi, buat Angga cukup pilih jalan naikan kompresi saja. “Hanya pakai piston standar, tetapi ditambah daging di bagian atas piston,” ujar pemilik workshop Anjany Racing di Jl. Arteri Kelapa Dua, No. 21, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Bagian atas piston ditambah daging lewat cara las argon. Tidak membentuk dome, permukaan sengaja dibuat datar. Tidak ada coakan buat klep. Karena masih tergolong aman dari benturan klep. Sebab, penambahan daging hanya sekitar 2 mm.
Ada alasan lain kenapa pria yang bakal ulang tahun ke-29 di 16 Agustus ini, enggak khawatir piston mentok klep. Karena kepala silinder tidak dipapas. Dan, klep pun gak diganti.

Dengan ubahan yang sekarang, kompresi Ninja 250R ini terdongkrak hingga 12,5 : 1. Toh, masih aman buat pakai Pertamax Plus. “Hingga tiga kali event, motor enggak perlu dibongkar. Karena sebenar- nya, seting ini layaknya seting motor harian,” yakin Angga.

Radiator Aftermarket
Proses pendinginan mesin juga ikut disentuh dalam memperkuat daya tahan Ninja 250R tim Anjany NHK CLD FDR Sphinx Racing Team ini. Agar engine mampu mengeluarkan power secara konstan, peran radiator ikut diganti.

“Regulasi melarang pakai water coolant. Jadi harus pakai air murni. Tapi efeknya mesin jadi lebih cepat panas,” ujar Angga. Maka itu dengan radiator standar dan power atau kompresi tinggi, setelah digeber empat lap pun, power bakal langsung drop. Power turun karena engine overheat.
Tetapi dengan radiator aftermarket berbahan alumunium ini, suhu mesin jadi cenderung stabil. Hingga pembalap yang pernah jajal Red Bull Racing Academy itu finish pun, temperatur hanya main di suhu 96ºC. “Maksimal di 98ºC. Bisa dibilang kipas tidak pernah bekerja. Kan kipas baru kerja di suhu 100ºC,” sebut tunner berambut pendek lurus itu.

Oh ya! Buat dongkrak putaran bawah biar lebih galak lagi, sistem magnet diubah jadi total lost. Magnet standar dibubut bagian dalamnya hingga bobot 600 gram. CDI pakai BRT I-Max Super Pro.
DATA MODIFIKASI
Ban depan : Battlax 120/60-17
Ban belakang : Battlax 150/60-17
Knalpot : CLD
Pelek : Marchesini Racing
Anjany Racing : (021) 536-79239

0 komentar:

Copyright © 2012 Dapur Racing.