Yamaha Jupiter-Z, Jawara ARRC di 2 Race Sekaligus
Hadi Wijaya berjaya di Asia Road
Race Championship (ARRC) putaran ke dua, di Sirkuit Sentul pada 17 Juni
2012 lalu. Hadi berhasil membawa kemenangan untuk team Yamaha Yamalube
KYT R9 Tunggal Jaya. Dua kali naik podium 1, di race 1 dan race 2.
Yamaha Jupiter-Z keluaran 2007 ini, berhasil meraih 2 kali podium juara. Tentu saja dibalik kemenangan Hadi Wijaya ini, berkat motor racikan tangan dingin sang mekanik sekelas Hawadis. “Penggunan bahan bakar Petronas yang sudah menjadi keharusan di kelas ARRC kudu banyak penyesuaian,“ kata pria berkumis itu.
Karena kadar oktan Petronas lebih rendah dibanding bensol, rasio kompresi dibuat lebih rendah juga. Kalo biasanya ketika menggunakan bensol kompresinya bisa mencapai 13,4 : 1 atau 13,5 : 1, namun ini kali dibikin jadi 12,9 : 1.
Logikanya, bensin oktan rendah tidak tahan kompresi atau tekanan. Supaya mesin tidak ngelitik lantaran pree-ignition, kompresi diturunkan
Meski rasio kompresi dan bahan bakar berbeda, namun asupan gas bakar masih tetap. “Tidak ada kenaikan atau penurunan spuyer. Pakai karburator Mikuni TM 28 dibekali pilot-jet 27,5 dan main-jet 150,” jelas Hawadis.
Untuk pengapian, Hawadis menggunakan CDI BRT I-Max dan 1 set magnet Yamaha YZ125 beserta koilnya. Derajat atau timing pengapian digeser lebih retard karena bahan bakar oktan rendah.
Bahan bakar oktan rendah punya karakter mudah terbakar. Waktu penyalaan juga lebih singkat. Makanya derajat pengapian juga kudu dibikin lebih dekat TMA (Titik Mati Atas).
Agar bisa melalap trek panjang, Hawadis menanamkan rasio gigi 1 (13/36), gigi 2 (16/29), gigi 3 masih menggunakan standar dan gigi 4 (20/23). Membuat pembalap asal Singkawang, Kalimantan Barat memimpin kelasemen underbone 115 cc.
DATA MODIFIKASI
Magnet: Yamaha YZ125
Koil: Yamaha YZ125
Sokbreker: YSS
Klep : Sonic 28/23
Yamaha Jupiter-Z keluaran 2007 ini, berhasil meraih 2 kali podium juara. Tentu saja dibalik kemenangan Hadi Wijaya ini, berkat motor racikan tangan dingin sang mekanik sekelas Hawadis. “Penggunan bahan bakar Petronas yang sudah menjadi keharusan di kelas ARRC kudu banyak penyesuaian,“ kata pria berkumis itu.
Karena kadar oktan Petronas lebih rendah dibanding bensol, rasio kompresi dibuat lebih rendah juga. Kalo biasanya ketika menggunakan bensol kompresinya bisa mencapai 13,4 : 1 atau 13,5 : 1, namun ini kali dibikin jadi 12,9 : 1.
Logikanya, bensin oktan rendah tidak tahan kompresi atau tekanan. Supaya mesin tidak ngelitik lantaran pree-ignition, kompresi diturunkan
Meski rasio kompresi dan bahan bakar berbeda, namun asupan gas bakar masih tetap. “Tidak ada kenaikan atau penurunan spuyer. Pakai karburator Mikuni TM 28 dibekali pilot-jet 27,5 dan main-jet 150,” jelas Hawadis.
Untuk pengapian, Hawadis menggunakan CDI BRT I-Max dan 1 set magnet Yamaha YZ125 beserta koilnya. Derajat atau timing pengapian digeser lebih retard karena bahan bakar oktan rendah.
Bahan bakar oktan rendah punya karakter mudah terbakar. Waktu penyalaan juga lebih singkat. Makanya derajat pengapian juga kudu dibikin lebih dekat TMA (Titik Mati Atas).
Agar bisa melalap trek panjang, Hawadis menanamkan rasio gigi 1 (13/36), gigi 2 (16/29), gigi 3 masih menggunakan standar dan gigi 4 (20/23). Membuat pembalap asal Singkawang, Kalimantan Barat memimpin kelasemen underbone 115 cc.
DATA MODIFIKASI
Magnet: Yamaha YZ125
Koil: Yamaha YZ125
Sokbreker: YSS
Klep : Sonic 28/23
0 komentar: