Seting Knalpot, Mengikuti Mesin
Jangan terbolak eh terbalik.
Untuk mendapatkan power mesin yang besar, bukan knalpot dulu yang
disediakan. Silakan korek mesin dulu sampai maksimal, knalpot mengikuti.
Gejala terbalik banyak dianut mekanik kita. Bisa dilihat dalam penggunaan knalpot di road race. Misalnya satu tim menggunakan knalpot merek ‘A’ dan kerap menang, eh tim lain langsung mengikuti.
“Padahal setiap mesin punya karakter yang berbeda. Jadi, dalam penggunaan knalpot tidak bisa dipukul rata,” jelas Ibnu Sambodo, mekanik Kawasaki KYT Elf IRC Rextor Manual Tech.
Ibnu terus terang menggunakan knalpot Malaysia. Tapi, bukan berarti dicaplok mentah-mentah. “Tetap knalpot harus disesuaikan,” jelas Ibnu yang tetap cinta produk lokal itu.
Menurut begawan 4-tak itu, memilih knalpot dari Malaysia itu karena beberapa pertimbangan. Pertama, dapat secara cuma-cuma karena barang promosi dari distributor. Jadi, tinggal dipake karena bisa dikatakan barang gratis.
Apalagi menurut Ibnu, knalpot yang dipakai di motor Kawasaki korekannya aslinya untuk Suzuki. Tetap harus pelintir sana-sini. Mengikuti lekukan desain bodi motor dari geng ijo itu.
Membuktikan omongan itu, Ibnu mungkin berancana akan menggunakan produk lokal lagi. Sebagai pembuktian teorinya tidak salah.
Dalam seting knalpot, Ibnu dan Sjafry Ganie alias Jerry dari R9 (Racing Generation) punya paham sama. Selain dari diameter, terpenting dari panjang leher knalpot dulu.
Panjang leher knalpot memang pengaruh terhadap akselerasi dan top speed. “Pegang peranan sebanyak 50%,” jelas Jerry yang sudah memproduksi knalpot dari steinless steel dan titanium itu.
Untuk trek pendek seperti Sentul Kecil, butuh leher knalpot yang lebih pendek. Itu untuk kejar akselerasi, karena top-speed tidak diutamakan. “Apalagi di Sentul kecil kecepatan rata-ratanya hanya 77 km/jam,” jelas Ibnu yang juga menurukan motor bebek di Asia Road Race Championship itu.
Untuk trek permanen seperti Sentul Besar atau Sepang, Ibnu tidak banyak mengubah panjang-pendek leher knalpot. “Yang diperhatikan hanya seputaran silencer,” jelas suami dokter itu.
Menurut Jerry, di dalam silencer sendiri bisa dibagi dua setingan. Panjang-pendek silencer hanya pegang angka 20% pengaruhnya terhadap power mesin. Silencer pendek cocok untuk trek pendek. Begitupun sebaliknya, silencer panjang untuk trek long.
Paling penting lagi yaitu saringan atau pipa bolong-bolong di dalam silencer. Setiap mesin atau trek tertentu, bisa berbeda panjang sarangan nyamuknya. Misalnya panjang silencer sama-sama 30 cm. Tapi, pipa sarang nyamuknya bisa hanya 20 cm atau 25 cm saja.
Pipa sarang nyamuk dan glasswool ini pengaruhnya bisa 30% dari total power yang disumbang knalpot terhadap power mesin.
Setingan ini membuat kita bisa menyimpulkan. Tim tertentu motornya cocok dengan knalpot merek A dan bisa kencang. Dipakai tim lain belum tentu bisa kencang. Gejala ini bisa dilihat dari road race secara langsung. Tim yang motor awalnya memang di depan tetap di depan. Meski tim lain ikutan menggunakan knalpot serupa, belum tentu bisa menyalipnya.
Dan perlu diketahui, knalpot yang beredar di pasaran dibuat hanya berdasarkan rata-rata. Dibikin mengikuti riset dari motor tim yang disupport pabrikan knalpot itu.
Mekanik tetap harus pandai seting knalpot sendiri. “Mengikuti kemauan mesin, sirkuit dan karakter pembalap,” jelas Ibnu yang menguji mesin selalu di sirkuit, tidak di jalanan lebih dulu.
Gejala terbalik banyak dianut mekanik kita. Bisa dilihat dalam penggunaan knalpot di road race. Misalnya satu tim menggunakan knalpot merek ‘A’ dan kerap menang, eh tim lain langsung mengikuti.
“Padahal setiap mesin punya karakter yang berbeda. Jadi, dalam penggunaan knalpot tidak bisa dipukul rata,” jelas Ibnu Sambodo, mekanik Kawasaki KYT Elf IRC Rextor Manual Tech.
Ibnu terus terang menggunakan knalpot Malaysia. Tapi, bukan berarti dicaplok mentah-mentah. “Tetap knalpot harus disesuaikan,” jelas Ibnu yang tetap cinta produk lokal itu.
Menurut begawan 4-tak itu, memilih knalpot dari Malaysia itu karena beberapa pertimbangan. Pertama, dapat secara cuma-cuma karena barang promosi dari distributor. Jadi, tinggal dipake karena bisa dikatakan barang gratis.
Apalagi menurut Ibnu, knalpot yang dipakai di motor Kawasaki korekannya aslinya untuk Suzuki. Tetap harus pelintir sana-sini. Mengikuti lekukan desain bodi motor dari geng ijo itu.
Membuktikan omongan itu, Ibnu mungkin berancana akan menggunakan produk lokal lagi. Sebagai pembuktian teorinya tidak salah.
Dalam seting knalpot, Ibnu dan Sjafry Ganie alias Jerry dari R9 (Racing Generation) punya paham sama. Selain dari diameter, terpenting dari panjang leher knalpot dulu.
Panjang leher knalpot memang pengaruh terhadap akselerasi dan top speed. “Pegang peranan sebanyak 50%,” jelas Jerry yang sudah memproduksi knalpot dari steinless steel dan titanium itu.
Untuk trek pendek seperti Sentul Kecil, butuh leher knalpot yang lebih pendek. Itu untuk kejar akselerasi, karena top-speed tidak diutamakan. “Apalagi di Sentul kecil kecepatan rata-ratanya hanya 77 km/jam,” jelas Ibnu yang juga menurukan motor bebek di Asia Road Race Championship itu.
Untuk trek permanen seperti Sentul Besar atau Sepang, Ibnu tidak banyak mengubah panjang-pendek leher knalpot. “Yang diperhatikan hanya seputaran silencer,” jelas suami dokter itu.
Menurut Jerry, di dalam silencer sendiri bisa dibagi dua setingan. Panjang-pendek silencer hanya pegang angka 20% pengaruhnya terhadap power mesin. Silencer pendek cocok untuk trek pendek. Begitupun sebaliknya, silencer panjang untuk trek long.
Paling penting lagi yaitu saringan atau pipa bolong-bolong di dalam silencer. Setiap mesin atau trek tertentu, bisa berbeda panjang sarangan nyamuknya. Misalnya panjang silencer sama-sama 30 cm. Tapi, pipa sarang nyamuknya bisa hanya 20 cm atau 25 cm saja.
Pipa sarang nyamuk dan glasswool ini pengaruhnya bisa 30% dari total power yang disumbang knalpot terhadap power mesin.
Setingan ini membuat kita bisa menyimpulkan. Tim tertentu motornya cocok dengan knalpot merek A dan bisa kencang. Dipakai tim lain belum tentu bisa kencang. Gejala ini bisa dilihat dari road race secara langsung. Tim yang motor awalnya memang di depan tetap di depan. Meski tim lain ikutan menggunakan knalpot serupa, belum tentu bisa menyalipnya.
Dan perlu diketahui, knalpot yang beredar di pasaran dibuat hanya berdasarkan rata-rata. Dibikin mengikuti riset dari motor tim yang disupport pabrikan knalpot itu.
Mekanik tetap harus pandai seting knalpot sendiri. “Mengikuti kemauan mesin, sirkuit dan karakter pembalap,” jelas Ibnu yang menguji mesin selalu di sirkuit, tidak di jalanan lebih dulu.
0 komentar: