Untung Rugi Pelek Palang dan Jari-Jari di Balap, Antara IP VS MP

Jangan kaget pada judul di atas. Itu sebatas perandaian saja kok. Sejatinya, seperti itulah kondisi pacuan balap jika mengaplikasi pelek tipe palang dari bahan aluminium dan pelek jari-jari atawa spoke.

“Paling terasa ketika dipakai di trek permanen. Misalnya; Sentul besar, Sentul Karting, Kenjeran dan Binuang. Pelek palang lebih bagus untuk cornering high speed,” ungkap Muhamad Fadli, racer Kawasaki yang sekarang lebih fokus membesut supersport.

Bahkan menurut Fadli, doi sempet jajal pakai pelek jari-jari. Tapi, hasilnya kurang bagus buat lahap tikungan yang bisa dilumat dengan kecepatan tinggi. “Sejak itu, enggak pernah pakai pelek jari-jari. Palang terus,” bilang Fadli yang tinggal di Cibinong, Bogor, Jawa Barat.

Diakui juga oleh Wawan Hermawan dan Denny Triyugo yang di 2012 ini membesut buat tim Astra Motor Racing Team. “Ketika dipakai buat cornering, pelek palang cenderung lebih stabil dan rigid. Enggak ada gejala ban geol meski gas dibuka spontan,” timpal Denny yang asal Probolinggo, Jawa Timur itu.

Toh, ada juga kelebihan ketika aplikasi pelek palang. Yaitu lebih mempermudah saat pemasangan. Karena ketika aplikasi pelek palang, tak lagi pakai ban dalam. Akibatnya, waktu lebih efisien. Selain itu, maintenance pelek palang juga lebih mudah. Enggak perlu setel jari-jari agar center. Tapi, tinggal kasih timah di pelek buat balance.

Tetapi, kenyamanan pelek palang bakal berkurang ketika ketemu sirkuit yang kerap diaplikasi MotoPrix. Sirkuit dadakan dan biasanya permukaan aspal tidak sepenuhnya mulus.

"Kalau untuk trek dadakan, cocoknya pakai pelek jari-jari. Karena pelek ini lebih fleksibel. Terutama untuk meredam entakan,” tambah Wawan yang pendapatnya serupa dengan Fadli. Karena di trek dadakan, lebih butuh akselerasi ketimbang speed cornering.


0 komentar:

Copyright © 2012 Dapur Racing.